Selasa, 02 Oktober 2007
Langganan:
Postingan (Atom)
skip to main |
skip to sidebar
MASA PRA SEJARAH
Tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana ditemukannya tulisan. Namun diyakini bahwa ada sekelompok spesies yang tinggal di Afrika Selatan. Pada masa ini sudah berkembang teknologi alat yang sifatnya masih sederhana. Diperkirakan alat ini digunakan untuk menggali akar atau memotong daging binatang sebagai makanan mereka. Adanya keinginan manusia pra sejarah untuk hidup beradab memungkinkan masyarakat untuk berorganisasi dan membentuk kelompok sosial untuk mengatur kehidupan mereka selanjutnya. Kemampuan manusia untuk berkomunikasi berkembang secara cepat, dimana mereka semula menggunakan bahasa kuno.
Pada masa pra sejarah telah ditemukan tanda-tanda, simbol-simbol, gambar-gambar, gambar berupa huruf atau tulisan di atas substrate (permukaan untuk tulisan). Gambar inilah yang menjadi teman imbangan tulisan. Temuan-temuan ini digunakan untuk mengungkapkan gagasan manusia ataupun melestarikan pengetahuan, pengalaman-pengalaman serta ide-ide.
Perkembangan tulisan dan bahasa visual berasal dari gambar-gambar sederhana, ini merupakan hubungan erat antara gambar berupa lukisandengan gambar berupa tanda. Keduanya berkembang secara alamiah dan manusia primitif menggunakan gambar sebagai cara dasar untuk merekam dan menyampaikan informasi.
Pada masa Pra sejarah yakni di masa Paleolitikum hingga Neolitikum (35.000 SM sampai 4000 SM) manusia purba meninggalkan lukisan-lukisan di reruntuhan goa, seperti di Las Caux Perancis Selatan. Pada masa ini manusia sudah mengenal warna, seperti warna hitam yang dibuat dari arang, merah dan kuning atau percampuran antara warna merah dan kuning yang dicampur dengan lemak binatang. Mereka juga menggunakan alat sebagai kuas yang dibuat dari bulu-bulu atau alang-alang, dan mungkin mereka juga menggunakan jari untuk menorehkan warna. Ini merupakan awal komunikasi visual, sebab gambar-gambar kuno tersebut dibuat untuk kebutuhan spiritual mereka. Adanya gambar-gambar lembing pada pinggang binatang mengindikasikan bahwa gambar-gambar tersebut digunakan untuk upacara-upacara magis yang dirancang untuk mendapatkan kekuatan agar berhasil dalam berburu. Atau mungkin sebagai upaya memberikan gambaran kepada para pemuda dalam upaya melatih mereka dalam proses berburu sebagai kerja sama kelompok. Hal lain yang ditemukan adalah adanya tanda-tanda geometris yang berbentuk abstrak dimana didalamnya terdapat bintik-bintik dan bentuk-bentuk empat persegi. Namun bentuk ini tidak dimengerti secara pasti apakah itu untuk menggambarkan objek tertentu ataukan bermaksud untuk menuliskan sesuatu.
Di seluruh dunia, dari Afrika hingga Amerika bahkan sampai ke benua-benua New Zealand, manusia pra sejarah banyak meninggalkan petroglyps, yakni berupa pahatan atau goresan tanda-tanda atau figur-figur sederhana di atas batu. Beberapa petroglyps berupa pictograph (berupa sketsa) dan beberapa diantaranya berupa ideograph (simbol) untuk menggambarkan ide atau konsep.
Fakta lain yang ditemukan di masa Pra sejarah ini adalah ukiran tanduk rusa kutub yang ditemukan di Lorthet Perancis Selatan. Selain itu ditemukan pula goresan berupa gambar kijang dan ikan salem yang sangat detail, juga dua bentuk kotak berlian yang didalamnya terdapat tanda-tanda dalam ruang-ruang.
Sedangkan dalam pengungkapan, pictograf disusun dalam dua cara yakni pertama dengan cara menggambar karena mereka telah memulai seni menggambar, ini diguanakan untuk menggambarkan benda-benda atau peristiwa-peristiwa sebagai catatan yang bernilai. Kedua adalah dengan tulisan. Pada akhirnya gambar-gambar tersebut menjadi simbol-simbol untuk bahasa visual.
Latar belakang perkembangan seni Paleolitikum adalah kebutuhan penyederhanaan bentuk dan stilasi. Figur-figur menjadi semakin bertambah dan diekspresikan dengan sedikit garis. Sebelum akhir periode Paleolitik, petroglyph dan pictograf menurunkan bentuk yang hampir mirip dengan tulisan.
TEMPAT LAHIR PERADABAN
Hasil temuan terakhir mengindikasikan bahwa manusia purba di Thailand pada masa lampau telah bercocok tanam dan membuat barang-barang pecah belah dari bahan tanah. Ahli purbakala telah lama mempercayai bahwa daratan Mesir Mesopotamia (daratan yang dikelilingi sungai) merupakan tempat lahir peradaban. Daerah tersebut terletak antara sungai Tigris dan sungai Euphrates melintasi daratan Turki yang sekarang adalah Iraq dan masuk Gulf Persia, terletak di daerah subur dengan memiliki musim dingin dan panas, musim panas dan kering sangat menarik bagi manusia purba. Di daerah inilah manusia purba mulai hidup menetap dan akibatnya muncullah budaya desa. Sekitar tahun 800 SM hutan rimba mulai ditanami padi, binatang telah dijinakkan dan mulai bercocok tanam. Kemudian pada tahun 600 SM, manusia purba mulai membuat benda-benda dari bahan logam seperti tembaga, timah, maupun perunggu. Contoh dari hasil karya mereka pada saat itu adalah pintu gerbang dari perunggu, senjata serta roda yang dibuat sekitar tahun 300SM.
Pada masa selanjutnya yakni pada millenium keempat sebelum Masehi terjadi lompatan budaya dari budaya desa ke budaya yang peradabannya lebih tinggi setelah kedatangan orang-orang Sumeria. Dalam sejarah penduduk asli Sumeria masih merpakan misteri besar. Sebelum tahun 300 SM, mereka telah mengatur batas masa subur. Lompatan budaya dari budaya desa ke peradaban yang lebih tinggi ini akibat ditemukannya tulisan. Temuan tulisan membawa revolusi intelektual yang sangat berpengaruh pada kelompok sosial, kemajuan ekonomi, teknologi serta perkembangan budaya.
Dalam sejarah Mesopotamia tercatat adanya gelombang penyerbuan oleh orang-orang Sumeria ke daratan yang subur tersebut. Dengan adanya perubahan budaya setelah kedatangan orang Sumeria ke Mesopotamia berdampak pada kelompok sosial yang semula bersifat homogen menjadi heterogen
Iklan lama
milk
Ceritakan padaku sekali lagi
Tentang si kancil dan si buruk rupa
Tentang cinderela dan putri salju
Ke mana…
Buku kumal yang pernah aku akrabi
Tempat selalu aku temukan pelangi
Ceritakan ibu
tentang kurcaci
Tentang istana dari roti…
Tempat aku dulu selalu merangkai mimpi
Maafkan aku ibu
Cinderala kecilmu tidak pernah menemukan pangerannya
Tidak ada sepatu kaca
Tidak ada baju berenda
Dimana pengeran itu
Dimana keajaiban itu ibu
Katakan padaku ibu
Kemana aku cari tangan tempat bergayut….
Ketika lilin ini meredup
Maafkan aku
Cinderala kecilmu tidak pernah menjadi dewasa
Cubit aku, mama
Panggil aku, mama
Seperti waktu aku menjauh dari pangkuanmu
Cubit aku dengan senyummu
Agar mimpi ini mampu kuakhiri
Maafkan aku, mama
Senyum itu telah menyesakkanku
Membawaku ke surga miliknya
Jemput aku, mama
Surga itu terlalu jauh untuk kuraih
Tidak ada bidadari itu
Tidak ada rumah indah diatas sana
Bantu aku, mama
Mencari rumah kita
Mencari surga kita
Mama,
Aku rindu cubitanmu
BERBAGI ILMU BERBAGI SAHABAT
Mengenai Saya
TUGAS KULIAH
Seminar
Buatlah 3 buah rancangan judul yang sesuai dengan prodi masing-masing. Rancangan judul tersebut akan dipilih salah satu untuk dijadikan proposal. Proposal yang sudah disetujui akan diseminarkan.
DKV 2
SISTEMATIKA PERKULIHAN DKV 2
Projec I. (Analisa Perusahaan)
Bab I Perusahaan
1.1. Visi dan Misi Perusahaan
1.2. Sejarah Perusahaan
1.3. Struktur perusahaan
1.4. Lingkup Usaha
Bab II Produk
2.1. Spesifikasi produk
2.2. Segmentasi Produk
2.3. Positioning Produk
Bab III Lingkungan
3.1. Lokasi Perusahaan
3.2. Wilayah Distribusi
Project II (Analisa Visual)
Bab I Struktur Visual
1.1. Struktur Warna
1.2. Tipogtrafi
1.3. Logo gram dan Logo Type
1.4. Tagline
1.5. Ikonitas
1.6. Simbolitas
Bab II Karakter Visual
2.1. Warna
2.2. Hitam Putih
2.3. Negatif Positif
2.4. Grid System
Bab III. Aplikasi Logo
3.1. Sign System
3.2. Stasionary Set
3.3. Uniform
3.4. Vehicle
3.5. Labeling
KULIAH HARI INI
HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN
Ada 2 cara dasar manusia untuk memahami kenyataan atau untuk memperoleh pengetahuan yakni dengan menggunakan metode non ilmiah dan secara ilmiah.
SECARA NON ILMIAH
Pemahaman tentang hakekat ilmu pengetahuan dapat diawali dengan mengkaji suatu argumentasi sebagai berikut:
Penggunaan metode non ilmiah seperti akal sehat membantu manusia memahami secara cepat fenomena-fenomena yang ada di sekitar, akan tetapi akal sehat tidak sepenuhnya menjamin bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini melalui proses penalaran yang sahih.
Dari argumentasi tersebut muncul dua gagasan:
proses penalaran cenderung tidak tepat jika metode-metode non ilmiah digunakan untuk memahami fenomena sosial.
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses penalaran dengan menggunakan metode non ilmiah dapat dikurangi jika metode dapat dikembangkan oleh Ilmu Pengetahuan. Sebab ilmu pengetahuan sangat mementingkan sistematisasi, keteraturan, dan keketatan proses penalaran, yang digunakan secara optimal dalam memahami fenomena sosial.
Beberapa hal yang sering terjadi dalam penggunaan metode Non Ilmiah:
adanya kecenderungan lebih mementingkan isi pengetahuan (apa yang diketahui) dibandingkan dengan proses memperoleh pengetahuan.
cenderung mengandalkan realitas hasil olahan inderawi berupa experimental reality (cerminan pengalaman empirik) atau aggrement reality (cerminan konsistensi logika).
Contoh experimental reality:
a. anak kecil dapat mengatakan bahwa api itu panas, karena pernah tanpa sengaja memegang bara.
b. Seorang anak tumbuh dewasa di kawasan konflik, pengalaman ini menimbulkan keyakinan pada dirinya bahwa kekerasan tidak dapat menyelesaikan konflik.
Contoh Aggrement reality:
Keyakinan bahwa bumi itu bulat, padahal yang memelihat bahwa bumi itu bulat hanya beberapa orang saja.
3.Tidak mensyaratkan prosedur sistematis dalam menggali pengetahuan. Sehingga menyebabkan ketidaktepatan dalam proses penalaran.
Indikasi ketidaktepatan:
§ Observasi inderawi terhadap fenomena tidak akurat dan terbatas.
§ Proses penalaran terhadap fenomena sosial yang beragam dan kompleks cenderung menghasilkan generalisasi yang berlebihan.
§ Subjektifitas pelaku penalaran cenderung sulit dihindari.
§ Masih menyediakan nuansa mistis yang dapat menyebabkan proses penalaran menjadi irasional.
§ Cenderung mencari jalan pintas untuk memperoleh pengetahuan dan mengesampingkan upaya-upaya sistematis.
METODE ILMIAH
Ciri-ciri penggunaan metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Lebih mementingkan proses untuk memperoleh pengetahuan dari pada isi.
2. Mensyaratkan adanya prosedur sistematis untuk memperoleh pengetahuan.
3. Adanya upaya penggabungan antara Aggrement reality dengan Experimental reality :
§ Aggrement reality diuji dan dibentuk dengan mengandalkan logika melalui prinsip-prinsip pembuktin deduktif.
§ Experimental reality dicari dan diuji dengan mengandalkan realita empiris yang dijaring melalui prinsip-prinsip induktif.
Kelemahan-kelemahan dalam prosen penalaran non ilmiah dapat diatasi oleh metode ilmiah dengan cara membangun prinsip bahwa cara ilmuwan memperoleh pengetahuan adalah dengan lebih mementingkan proses dari pada isi. Dan proses inilah yang akan menentukan apa yang akan diketahui (ISI).
Proses isi
Prinsip tersebut diimplementasikan dengan cara membentuk
suatu prosedur sistematis untuk memperoleh pengetahuan. Prosedur tersebut pada dasarnya merupakan upaya penggabungan harmonisasi antara Aggrement reality dengan Experimental reality.
Kombinasi antara prinsip deduksi dan induksi inilah yang menjadi landasan proses penalaran ilmiah.
PRINSIP PENALARAN ILMIAH
Ada 2 prinsip dalam penalaran ilmiah:
1. Prinsip deduksi: dilakukan saat peneliti berupaya secara logis dan sistematis menganalisa fenomena yang menjadi tema kajiannya.
Empirik Teori -------- penelitian kualitatif
Dalam tataran ilmu pengetahuan positivist: sistematisasi analisa yang logis dapat dilakukan jika peneliti secara tepat memilih dan menggunakan teori yang relevan dengan kajiannya.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan 3 prosedur:
a. merumuskan pertanyaan penelitian yang spesifik
b. membuat kerangka teori yang dapat membantu merumuskan jawaban pertanyaan penelitian.
c. merumuskan jawaban sementara yang dapat diuji keberlakuannya
Masih harus dikombinasikan dengan temuan-temuan empirik
Jawaban dari pertanyaan penelitian yang diperoleh dari proses deduksi ini baru bersifat sementara karena masih harus dikombinasikan dengan temuan-temuan empirik yang mengandalkan implementasi prinsip induktif.
Prinsip Induksi: diterapkan dengan pertama-tama menyusun metode penelitian yang memungkinkan peneliti menggunakan suatu prosedur sistematis untuk membenturkan jawaban logis proses deduktif dengan realitas empiris yang ada.
Teori Empirik -------- penelitian kuantitatif
Keberadaan prosedur sistematis ditandai adanya cara-cara transparan, logis, dan teratur.
Cara transparan, logis dan teratur digunakan peneliti pada saat:
a. menyusun instrumen penelitian yang menjadi pedoman peneliti dalam
menjaring data.
b. Memilih sumber-sumber data
c. Memilih cara menyaring data.
Setelah peneliti memiliki data, peneliti tetap harus menggunakan cara-cara transparan, logis dan teratur untuk memilih teknik-teknik analisa data yang relevan dengan jenis data yang telah dikumpulkan.
Untuk beberapa ragam penelitian, peneliti dapat menggunakan statistik yang merupakan alat bantu peneliti untuk secara akurat mengukur dan menemukan pola-pola sebaran data.
Inti prinsip induksi adalah adanya keharusan peneliti untuk melakukan seleksi terhadap variasi fenomena-fenomena sosial yang ingin dikaji.
Beragam fenomena tersebut harus didekati dengan cara-cara ilmiah sehingga bisa ditransformasikan ke dalam bentuk data-data yang relevan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan.
INTISARI
Ilmuwan sosial harus dapat mengkombinasikan prinsip deduksi dan induksi untuk mengkaji suatu fenomena sosial. Kombinasi tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga pilar dasar ilmu pengetahuan yakni: teori, metode penelitian, statistik.
Seorang ilmuwan diharapkan dapat membentuk suatu kerangka teori, menggunakan metode-metode penelitian untuk mencari data dan menggunakan beragam teknik analisa data untuk membuat suatu penjelasan sistematis, logis dan komprehensif tentang suatu fenomena sosial.
Ketiga pilar tersebut untuk mencari pembenaran (verivikasi), penolakan (falsifikasi), atau perubahan (modifikasi)terhadap suatu pola-pola berulang (keteraturan sosial) yang secara logis diharapkan ada.
Bibliografi
Audi, Robert. Epistemologi: A Contemporary Introduction to the Theory of Knowledge (London: Routledge, 1988).
Babbie, Earl. The Practice of Social Research (Belmont: Wadswoth Co,. 1992).
Neuman, L.W. Social Research Methods: Qualitatif and Quantitative Approaches (London: Allyn and Bacon, 1997).
Popper, Karl R. The Logic of Scientific Discovery (London: Routledge, 1980).
PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SOSIAL
Oleh: Pranti Sayekti, S.Sn, M.Si
Ada 4 asumsi dasar dalam ilmu sosial:
Ontologi (hakekat dasar realitas sosial).
Epistemologi (hakekat dasar ilmu pengetahuan)
Hakekat dasar manusia
Aksiologi (tujuan dilakukannya penelitian)
Keempat asumsi dasar inilah yang mendasari dua pendekatan dalam ilmu sosial, yakni pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Sebelum membicarakan keempat asumsi dasar tersebut alangkah baiknya jika membedakan tiga pemakaian konsep kuantitatif dan kualitatif.
Dalam penelitian sosial kita sering menerapkan konsep yang kita kenal sebagai:
pendekatan kuantitatif dan kualitatif: bagaimana cara kita untuk melihat dan mempelajari suatu gejala atau realitas sosial.
metode kuantitatif dan kualitatif: cara kita untuk menjawab pertanyaan yang muncul. Di sini kita akan berbicara tentang tingkat analisis, teknik pengumpulan data serta analisis data.
data kuantitatif dan kualitatif: lebih terarah pada hasil temuan lapangan, yang dapat dikelompokkan sebagai data yang berupa angka-angka, serta data yang merupakan pemaknaan akan sesuatu.
PENDEKATAN KUANTITATIF
Ontologi: aliran ilmu sosial yang melihat bahwa sesuatu adalah real, sehingga dapat diterima oleh panca indera manusia.
Contoh:
Bayangkan Anda membuat suatu kotak dan Anda berada di dalam kotak yang Anda buat. Kotak tersebut Anda katakan sebagai ”masyarakat”. Anda kemudian mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kotak dimana di dalam kotak ada kotak, lingkaran dan bintang. Ketika Anda keluar dari kotak tersebut anda masih melihat kotak tersebut dengan kotak, lingkaran dan bintang yang ada di dalamnya. Anda bisa melihat karena sesuatu itu real. Pada akhirnya definisi tersebut menjadi suatu definisi yang bersifat universal dan diakui oleh semua orang.
Epistemologi: karena aliran ini melihat sesuatu itu real dan berada di luar diri manusia, maka sesuatu itu bisa dipelajari.
Dengan demikian kita bisa membedakan apakah sesuatu yang lain juga merupakan ”masyarakat” atau bukan dengan membandingkan definisi ”masyarakat” yang sudah ada. Hal ini didasari oleh adanya kesepakatan yang sudah diakui secara umum.
Apakah ini merupakan ”masyarakat”?
Jawabnya adalah TIDAK.
Dalam membicarakan epistemologi, setidaknya kita berbicara mengenai tiga hal:
Kaitan antara nilai dengan ilmu.
Aliran ini beranggapan bahwa peneliti adalah individu yang bebas nilai. Dikatakan bebas nilai karena dalam melihat suatu gejala mereka tidak membawa nilai-nilai yang sudah dimiliki, karena mendasarkan pada hukum universal. Mereka tidak lagi membawa ajaran agama, atau ajaran adat dalam melihat suatu gejala.
Kaitan antara ilmu dengan akal sehat.
Aliran ini melihat bahwa apa yang sudah diperoleh melalui ilmu pengetahuan adalah lebih baik dibandingkan dengan apa yang diperoleh melalui akal sehat, dimana pada saatnya ilmu pengetahuan akan menggantikan akal sehat.
Metodologi: karena manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, maka logika pemikiran ilmiah yang mencakup proses pembentukan ide dan gagasan diberlakukan secara ketat, dengan memakai penjelasan nomotetik dan melalui proses pemikiran deduktif.
Pemberlakuan secara ketat karena manusia berangkat dari pemikiran yang nsudah ada, sehingga ketika ia menemukan ”masyarakat” dengan definisi yang lain, ia harus kembali pada definisi yang sudah ada.
Penjelasan nomotetik: memberikan gambaran bahwaq orang-orang dengan pendekatan kuantitatif cenderung untuk mengambil faktor-faktor yang krusial saja, dengan menghilangkan faktor-faktor yang lainnya. Dan proses deduktif mengantarkan orang-orang kuantitatif untuk mempelajari sesuatu dengan melihat pola yang umum ke pola-pola khusus.
Hakekat dasar manusia: karena aliran ini melihat sesuatu itu berada di luar dan bisa dipelajari, maka pada akhirnya manusia merupakan objek yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Ketika manusia membuat definisi ”masyarakat” sebagai ”lingkaran yang di dalamnya ada lingkaran kecil dan kotak kecil”, maka ketika ia ingin mengatakan bahwa ”lingkaran dimana didalamnya ada empat lingkaran” adalah ”masyarakat”, ia akan disalahkan oleh orang lain. Dengan demikian manusia dipengaruhi oleh sesuatu yang ada di luar dirinya sendiri.
Apakah ini ”masyarakat”? Apakah ini ”masyarakat”?
Jawabnya Ya Jawabnya Tidak
Aksiologi: tujuan dilakukannya penelitian menurut aliran ini adalah mencoba menjelaskan sesuatu gejala, serta menemukan suatu hukum yang universal.
Ketika orang-orang sudah memiliki suatu definisi umum mengenai suatu ”masyarakat” dan suatu ketika ada definisi lain mengenai ”masyarakat”, maka orang-orang ini akan berusaha mencari penjelasan-penjelasan mengapa sampai ada definisi lain, sehingga pada hasil akhirnya kembali menemukan suatu definisi mengenai ”masyarakat” yang bisa diterima secara universal.
NIRMANA
Pandangan Subjektif
Bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan pada suatu benda sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati suatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari pengamat. Suatu benda mempunyai nilai estetis, karena pengamat memperoleh suatu pengalaman estetis sebagai tanggapan terhadap benda itu.
Pandangan Objektif
Bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetis adalah sifat yang memang telah melekat pada benda indah yang bersangkutan. Pengamatan seseorang hanyalah menemukan dan menyingkapkan sifat-sifat indah yang memang sudah ada pada suatu benda.
OBJEK ESTETIK
► DEFENISI: Objek yang berisi bentuk-bentuk yang mencerminkan dan memacu pengalaman estetik (Sutopo, HB: tanpa tahun)
► KARAKTERNYA/CIRINYA: (1) adanya perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu; (2) terpenuhinya asas-asas tertentu dalam benda itu, yaitu beratribut kesatuan, keteraturan, keragaman
► Terbentuk dari media visual dan mengikuti kaidah/prinsip organisasi visual yang estetik
MEDIA VISUAL
► Media fisik MATERIAL &
PROSEDUR/
TEKNIK
► Media Estetik GARIS,
BENTUK & RUANG
WARNA & CAHAYA , TEKSTUR
Ada 2 cara dasar manusia untuk memahami kenyataan atau untuk memperoleh pengetahuan yakni dengan menggunakan metode non ilmiah dan secara ilmiah.
SECARA NON ILMIAH
Pemahaman tentang hakekat ilmu pengetahuan dapat diawali dengan mengkaji suatu argumentasi sebagai berikut:
Penggunaan metode non ilmiah seperti akal sehat membantu manusia memahami secara cepat fenomena-fenomena yang ada di sekitar, akan tetapi akal sehat tidak sepenuhnya menjamin bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini melalui proses penalaran yang sahih.
Dari argumentasi tersebut muncul dua gagasan:
proses penalaran cenderung tidak tepat jika metode-metode non ilmiah digunakan untuk memahami fenomena sosial.
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses penalaran dengan menggunakan metode non ilmiah dapat dikurangi jika metode dapat dikembangkan oleh Ilmu Pengetahuan. Sebab ilmu pengetahuan sangat mementingkan sistematisasi, keteraturan, dan keketatan proses penalaran, yang digunakan secara optimal dalam memahami fenomena sosial.
Beberapa hal yang sering terjadi dalam penggunaan metode Non Ilmiah:
adanya kecenderungan lebih mementingkan isi pengetahuan (apa yang diketahui) dibandingkan dengan proses memperoleh pengetahuan.
cenderung mengandalkan realitas hasil olahan inderawi berupa experimental reality (cerminan pengalaman empirik) atau aggrement reality (cerminan konsistensi logika).
Contoh experimental reality:
a. anak kecil dapat mengatakan bahwa api itu panas, karena pernah tanpa sengaja memegang bara.
b. Seorang anak tumbuh dewasa di kawasan konflik, pengalaman ini menimbulkan keyakinan pada dirinya bahwa kekerasan tidak dapat menyelesaikan konflik.
Contoh Aggrement reality:
Keyakinan bahwa bumi itu bulat, padahal yang memelihat bahwa bumi itu bulat hanya beberapa orang saja.
3.Tidak mensyaratkan prosedur sistematis dalam menggali pengetahuan. Sehingga menyebabkan ketidaktepatan dalam proses penalaran.
Indikasi ketidaktepatan:
§ Observasi inderawi terhadap fenomena tidak akurat dan terbatas.
§ Proses penalaran terhadap fenomena sosial yang beragam dan kompleks cenderung menghasilkan generalisasi yang berlebihan.
§ Subjektifitas pelaku penalaran cenderung sulit dihindari.
§ Masih menyediakan nuansa mistis yang dapat menyebabkan proses penalaran menjadi irasional.
§ Cenderung mencari jalan pintas untuk memperoleh pengetahuan dan mengesampingkan upaya-upaya sistematis.
METODE ILMIAH
Ciri-ciri penggunaan metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Lebih mementingkan proses untuk memperoleh pengetahuan dari pada isi.
2. Mensyaratkan adanya prosedur sistematis untuk memperoleh pengetahuan.
3. Adanya upaya penggabungan antara Aggrement reality dengan Experimental reality :
§ Aggrement reality diuji dan dibentuk dengan mengandalkan logika melalui prinsip-prinsip pembuktin deduktif.
§ Experimental reality dicari dan diuji dengan mengandalkan realita empiris yang dijaring melalui prinsip-prinsip induktif.
Kelemahan-kelemahan dalam prosen penalaran non ilmiah dapat diatasi oleh metode ilmiah dengan cara membangun prinsip bahwa cara ilmuwan memperoleh pengetahuan adalah dengan lebih mementingkan proses dari pada isi. Dan proses inilah yang akan menentukan apa yang akan diketahui (ISI).
Proses isi
Prinsip tersebut diimplementasikan dengan cara membentuk
suatu prosedur sistematis untuk memperoleh pengetahuan. Prosedur tersebut pada dasarnya merupakan upaya penggabungan harmonisasi antara Aggrement reality dengan Experimental reality.
Kombinasi antara prinsip deduksi dan induksi inilah yang menjadi landasan proses penalaran ilmiah.
PRINSIP PENALARAN ILMIAH
Ada 2 prinsip dalam penalaran ilmiah:
1. Prinsip deduksi: dilakukan saat peneliti berupaya secara logis dan sistematis menganalisa fenomena yang menjadi tema kajiannya.
Empirik Teori -------- penelitian kualitatif
Dalam tataran ilmu pengetahuan positivist: sistematisasi analisa yang logis dapat dilakukan jika peneliti secara tepat memilih dan menggunakan teori yang relevan dengan kajiannya.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan 3 prosedur:
a. merumuskan pertanyaan penelitian yang spesifik
b. membuat kerangka teori yang dapat membantu merumuskan jawaban pertanyaan penelitian.
c. merumuskan jawaban sementara yang dapat diuji keberlakuannya
Masih harus dikombinasikan dengan temuan-temuan empirik
Jawaban dari pertanyaan penelitian yang diperoleh dari proses deduksi ini baru bersifat sementara karena masih harus dikombinasikan dengan temuan-temuan empirik yang mengandalkan implementasi prinsip induktif.
Prinsip Induksi: diterapkan dengan pertama-tama menyusun metode penelitian yang memungkinkan peneliti menggunakan suatu prosedur sistematis untuk membenturkan jawaban logis proses deduktif dengan realitas empiris yang ada.
Teori Empirik -------- penelitian kuantitatif
Keberadaan prosedur sistematis ditandai adanya cara-cara transparan, logis, dan teratur.
Cara transparan, logis dan teratur digunakan peneliti pada saat:
a. menyusun instrumen penelitian yang menjadi pedoman peneliti dalam
menjaring data.
b. Memilih sumber-sumber data
c. Memilih cara menyaring data.
Setelah peneliti memiliki data, peneliti tetap harus menggunakan cara-cara transparan, logis dan teratur untuk memilih teknik-teknik analisa data yang relevan dengan jenis data yang telah dikumpulkan.
Untuk beberapa ragam penelitian, peneliti dapat menggunakan statistik yang merupakan alat bantu peneliti untuk secara akurat mengukur dan menemukan pola-pola sebaran data.
Inti prinsip induksi adalah adanya keharusan peneliti untuk melakukan seleksi terhadap variasi fenomena-fenomena sosial yang ingin dikaji.
Beragam fenomena tersebut harus didekati dengan cara-cara ilmiah sehingga bisa ditransformasikan ke dalam bentuk data-data yang relevan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan.
INTISARI
Ilmuwan sosial harus dapat mengkombinasikan prinsip deduksi dan induksi untuk mengkaji suatu fenomena sosial. Kombinasi tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga pilar dasar ilmu pengetahuan yakni: teori, metode penelitian, statistik.
Seorang ilmuwan diharapkan dapat membentuk suatu kerangka teori, menggunakan metode-metode penelitian untuk mencari data dan menggunakan beragam teknik analisa data untuk membuat suatu penjelasan sistematis, logis dan komprehensif tentang suatu fenomena sosial.
Ketiga pilar tersebut untuk mencari pembenaran (verivikasi), penolakan (falsifikasi), atau perubahan (modifikasi)terhadap suatu pola-pola berulang (keteraturan sosial) yang secara logis diharapkan ada.
Bibliografi
Audi, Robert. Epistemologi: A Contemporary Introduction to the Theory of Knowledge (London: Routledge, 1988).
Babbie, Earl. The Practice of Social Research (Belmont: Wadswoth Co,. 1992).
Neuman, L.W. Social Research Methods: Qualitatif and Quantitative Approaches (London: Allyn and Bacon, 1997).
Popper, Karl R. The Logic of Scientific Discovery (London: Routledge, 1980).
PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SOSIAL
Oleh: Pranti Sayekti, S.Sn, M.Si
Ada 4 asumsi dasar dalam ilmu sosial:
Ontologi (hakekat dasar realitas sosial).
Epistemologi (hakekat dasar ilmu pengetahuan)
Hakekat dasar manusia
Aksiologi (tujuan dilakukannya penelitian)
Keempat asumsi dasar inilah yang mendasari dua pendekatan dalam ilmu sosial, yakni pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Sebelum membicarakan keempat asumsi dasar tersebut alangkah baiknya jika membedakan tiga pemakaian konsep kuantitatif dan kualitatif.
Dalam penelitian sosial kita sering menerapkan konsep yang kita kenal sebagai:
pendekatan kuantitatif dan kualitatif: bagaimana cara kita untuk melihat dan mempelajari suatu gejala atau realitas sosial.
metode kuantitatif dan kualitatif: cara kita untuk menjawab pertanyaan yang muncul. Di sini kita akan berbicara tentang tingkat analisis, teknik pengumpulan data serta analisis data.
data kuantitatif dan kualitatif: lebih terarah pada hasil temuan lapangan, yang dapat dikelompokkan sebagai data yang berupa angka-angka, serta data yang merupakan pemaknaan akan sesuatu.
PENDEKATAN KUANTITATIF
Ontologi: aliran ilmu sosial yang melihat bahwa sesuatu adalah real, sehingga dapat diterima oleh panca indera manusia.
Contoh:
Bayangkan Anda membuat suatu kotak dan Anda berada di dalam kotak yang Anda buat. Kotak tersebut Anda katakan sebagai ”masyarakat”. Anda kemudian mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kotak dimana di dalam kotak ada kotak, lingkaran dan bintang. Ketika Anda keluar dari kotak tersebut anda masih melihat kotak tersebut dengan kotak, lingkaran dan bintang yang ada di dalamnya. Anda bisa melihat karena sesuatu itu real. Pada akhirnya definisi tersebut menjadi suatu definisi yang bersifat universal dan diakui oleh semua orang.
Epistemologi: karena aliran ini melihat sesuatu itu real dan berada di luar diri manusia, maka sesuatu itu bisa dipelajari.
Dengan demikian kita bisa membedakan apakah sesuatu yang lain juga merupakan ”masyarakat” atau bukan dengan membandingkan definisi ”masyarakat” yang sudah ada. Hal ini didasari oleh adanya kesepakatan yang sudah diakui secara umum.
Apakah ini merupakan ”masyarakat”?
Jawabnya adalah TIDAK.
Dalam membicarakan epistemologi, setidaknya kita berbicara mengenai tiga hal:
Kaitan antara nilai dengan ilmu.
Aliran ini beranggapan bahwa peneliti adalah individu yang bebas nilai. Dikatakan bebas nilai karena dalam melihat suatu gejala mereka tidak membawa nilai-nilai yang sudah dimiliki, karena mendasarkan pada hukum universal. Mereka tidak lagi membawa ajaran agama, atau ajaran adat dalam melihat suatu gejala.
Kaitan antara ilmu dengan akal sehat.
Aliran ini melihat bahwa apa yang sudah diperoleh melalui ilmu pengetahuan adalah lebih baik dibandingkan dengan apa yang diperoleh melalui akal sehat, dimana pada saatnya ilmu pengetahuan akan menggantikan akal sehat.
Metodologi: karena manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, maka logika pemikiran ilmiah yang mencakup proses pembentukan ide dan gagasan diberlakukan secara ketat, dengan memakai penjelasan nomotetik dan melalui proses pemikiran deduktif.
Pemberlakuan secara ketat karena manusia berangkat dari pemikiran yang nsudah ada, sehingga ketika ia menemukan ”masyarakat” dengan definisi yang lain, ia harus kembali pada definisi yang sudah ada.
Penjelasan nomotetik: memberikan gambaran bahwaq orang-orang dengan pendekatan kuantitatif cenderung untuk mengambil faktor-faktor yang krusial saja, dengan menghilangkan faktor-faktor yang lainnya. Dan proses deduktif mengantarkan orang-orang kuantitatif untuk mempelajari sesuatu dengan melihat pola yang umum ke pola-pola khusus.
Hakekat dasar manusia: karena aliran ini melihat sesuatu itu berada di luar dan bisa dipelajari, maka pada akhirnya manusia merupakan objek yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
Ketika manusia membuat definisi ”masyarakat” sebagai ”lingkaran yang di dalamnya ada lingkaran kecil dan kotak kecil”, maka ketika ia ingin mengatakan bahwa ”lingkaran dimana didalamnya ada empat lingkaran” adalah ”masyarakat”, ia akan disalahkan oleh orang lain. Dengan demikian manusia dipengaruhi oleh sesuatu yang ada di luar dirinya sendiri.
Apakah ini ”masyarakat”? Apakah ini ”masyarakat”?
Jawabnya Ya Jawabnya Tidak
Aksiologi: tujuan dilakukannya penelitian menurut aliran ini adalah mencoba menjelaskan sesuatu gejala, serta menemukan suatu hukum yang universal.
Ketika orang-orang sudah memiliki suatu definisi umum mengenai suatu ”masyarakat” dan suatu ketika ada definisi lain mengenai ”masyarakat”, maka orang-orang ini akan berusaha mencari penjelasan-penjelasan mengapa sampai ada definisi lain, sehingga pada hasil akhirnya kembali menemukan suatu definisi mengenai ”masyarakat” yang bisa diterima secara universal.
NIRMANA
Pandangan Subjektif
Bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan pada suatu benda sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati suatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari pengamat. Suatu benda mempunyai nilai estetis, karena pengamat memperoleh suatu pengalaman estetis sebagai tanggapan terhadap benda itu.
Pandangan Objektif
Bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetis adalah sifat yang memang telah melekat pada benda indah yang bersangkutan. Pengamatan seseorang hanyalah menemukan dan menyingkapkan sifat-sifat indah yang memang sudah ada pada suatu benda.
OBJEK ESTETIK
► DEFENISI: Objek yang berisi bentuk-bentuk yang mencerminkan dan memacu pengalaman estetik (Sutopo, HB: tanpa tahun)
► KARAKTERNYA/CIRINYA: (1) adanya perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu; (2) terpenuhinya asas-asas tertentu dalam benda itu, yaitu beratribut kesatuan, keteraturan, keragaman
► Terbentuk dari media visual dan mengikuti kaidah/prinsip organisasi visual yang estetik
MEDIA VISUAL
► Media fisik MATERIAL &
PROSEDUR/
TEKNIK
► Media Estetik GARIS,
BENTUK & RUANG
WARNA & CAHAYA , TEKSTUR
TINJAUAN DESAIN
MASA PRA SEJARAH
Tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana ditemukannya tulisan. Namun diyakini bahwa ada sekelompok spesies yang tinggal di Afrika Selatan. Pada masa ini sudah berkembang teknologi alat yang sifatnya masih sederhana. Diperkirakan alat ini digunakan untuk menggali akar atau memotong daging binatang sebagai makanan mereka. Adanya keinginan manusia pra sejarah untuk hidup beradab memungkinkan masyarakat untuk berorganisasi dan membentuk kelompok sosial untuk mengatur kehidupan mereka selanjutnya. Kemampuan manusia untuk berkomunikasi berkembang secara cepat, dimana mereka semula menggunakan bahasa kuno.
Pada masa pra sejarah telah ditemukan tanda-tanda, simbol-simbol, gambar-gambar, gambar berupa huruf atau tulisan di atas substrate (permukaan untuk tulisan). Gambar inilah yang menjadi teman imbangan tulisan. Temuan-temuan ini digunakan untuk mengungkapkan gagasan manusia ataupun melestarikan pengetahuan, pengalaman-pengalaman serta ide-ide.
Perkembangan tulisan dan bahasa visual berasal dari gambar-gambar sederhana, ini merupakan hubungan erat antara gambar berupa lukisandengan gambar berupa tanda. Keduanya berkembang secara alamiah dan manusia primitif menggunakan gambar sebagai cara dasar untuk merekam dan menyampaikan informasi.
Pada masa Pra sejarah yakni di masa Paleolitikum hingga Neolitikum (35.000 SM sampai 4000 SM) manusia purba meninggalkan lukisan-lukisan di reruntuhan goa, seperti di Las Caux Perancis Selatan. Pada masa ini manusia sudah mengenal warna, seperti warna hitam yang dibuat dari arang, merah dan kuning atau percampuran antara warna merah dan kuning yang dicampur dengan lemak binatang. Mereka juga menggunakan alat sebagai kuas yang dibuat dari bulu-bulu atau alang-alang, dan mungkin mereka juga menggunakan jari untuk menorehkan warna. Ini merupakan awal komunikasi visual, sebab gambar-gambar kuno tersebut dibuat untuk kebutuhan spiritual mereka. Adanya gambar-gambar lembing pada pinggang binatang mengindikasikan bahwa gambar-gambar tersebut digunakan untuk upacara-upacara magis yang dirancang untuk mendapatkan kekuatan agar berhasil dalam berburu. Atau mungkin sebagai upaya memberikan gambaran kepada para pemuda dalam upaya melatih mereka dalam proses berburu sebagai kerja sama kelompok. Hal lain yang ditemukan adalah adanya tanda-tanda geometris yang berbentuk abstrak dimana didalamnya terdapat bintik-bintik dan bentuk-bentuk empat persegi. Namun bentuk ini tidak dimengerti secara pasti apakah itu untuk menggambarkan objek tertentu ataukan bermaksud untuk menuliskan sesuatu.
Di seluruh dunia, dari Afrika hingga Amerika bahkan sampai ke benua-benua New Zealand, manusia pra sejarah banyak meninggalkan petroglyps, yakni berupa pahatan atau goresan tanda-tanda atau figur-figur sederhana di atas batu. Beberapa petroglyps berupa pictograph (berupa sketsa) dan beberapa diantaranya berupa ideograph (simbol) untuk menggambarkan ide atau konsep.
Fakta lain yang ditemukan di masa Pra sejarah ini adalah ukiran tanduk rusa kutub yang ditemukan di Lorthet Perancis Selatan. Selain itu ditemukan pula goresan berupa gambar kijang dan ikan salem yang sangat detail, juga dua bentuk kotak berlian yang didalamnya terdapat tanda-tanda dalam ruang-ruang.
Sedangkan dalam pengungkapan, pictograf disusun dalam dua cara yakni pertama dengan cara menggambar karena mereka telah memulai seni menggambar, ini diguanakan untuk menggambarkan benda-benda atau peristiwa-peristiwa sebagai catatan yang bernilai. Kedua adalah dengan tulisan. Pada akhirnya gambar-gambar tersebut menjadi simbol-simbol untuk bahasa visual.
Latar belakang perkembangan seni Paleolitikum adalah kebutuhan penyederhanaan bentuk dan stilasi. Figur-figur menjadi semakin bertambah dan diekspresikan dengan sedikit garis. Sebelum akhir periode Paleolitik, petroglyph dan pictograf menurunkan bentuk yang hampir mirip dengan tulisan.
TEMPAT LAHIR PERADABAN
Hasil temuan terakhir mengindikasikan bahwa manusia purba di Thailand pada masa lampau telah bercocok tanam dan membuat barang-barang pecah belah dari bahan tanah. Ahli purbakala telah lama mempercayai bahwa daratan Mesir Mesopotamia (daratan yang dikelilingi sungai) merupakan tempat lahir peradaban. Daerah tersebut terletak antara sungai Tigris dan sungai Euphrates melintasi daratan Turki yang sekarang adalah Iraq dan masuk Gulf Persia, terletak di daerah subur dengan memiliki musim dingin dan panas, musim panas dan kering sangat menarik bagi manusia purba. Di daerah inilah manusia purba mulai hidup menetap dan akibatnya muncullah budaya desa. Sekitar tahun 800 SM hutan rimba mulai ditanami padi, binatang telah dijinakkan dan mulai bercocok tanam. Kemudian pada tahun 600 SM, manusia purba mulai membuat benda-benda dari bahan logam seperti tembaga, timah, maupun perunggu. Contoh dari hasil karya mereka pada saat itu adalah pintu gerbang dari perunggu, senjata serta roda yang dibuat sekitar tahun 300SM.
Pada masa selanjutnya yakni pada millenium keempat sebelum Masehi terjadi lompatan budaya dari budaya desa ke budaya yang peradabannya lebih tinggi setelah kedatangan orang-orang Sumeria. Dalam sejarah penduduk asli Sumeria masih merpakan misteri besar. Sebelum tahun 300 SM, mereka telah mengatur batas masa subur. Lompatan budaya dari budaya desa ke peradaban yang lebih tinggi ini akibat ditemukannya tulisan. Temuan tulisan membawa revolusi intelektual yang sangat berpengaruh pada kelompok sosial, kemajuan ekonomi, teknologi serta perkembangan budaya.
Dalam sejarah Mesopotamia tercatat adanya gelombang penyerbuan oleh orang-orang Sumeria ke daratan yang subur tersebut. Dengan adanya perubahan budaya setelah kedatangan orang Sumeria ke Mesopotamia berdampak pada kelompok sosial yang semula bersifat homogen menjadi heterogen
WOW
Iklan lama
ADVIOLOGI
milk
LINTAS MARTEKTING DAN PERIKLANAN
INTEGRATED MARKETING KOMUNICATION
IMC merupakan proses pengembangan dan implementasi berbagi bentuk program komunikasi persuasif kepada pelangan dan calon pelangan secara berkelanjutan. Tujuan IMC mempengaruhi dan memberikan efek langsung kepada perilaku kyalayak sasaran yang dimiliki.
Ciri-ciri IMC
1. Mempengaruhi perilaku
Mempengaruhi perilaku dan tidak sekadar menumbuhkan kesadaran merek.
Membuat orang lain untuk bertindak.
Contoh tindakan yang mempengaruhi perlakukan terdapat pada produk Pepsoden yang mengajarkan orang untuk menaroh pasta gigi sepanjang bulu sikat, Iklan lefebouy yang mengajarkan cuci tangan dengan sabun, serta Rinso yang berupaya mengubah persepsi masyarakat terhadap kotoran pada pakaian.
2. Berawal dari pelanggan atau calon pelanggan
Prosesnya diawali dari pelangan atau calon pelanggan kemudian berbalik kepada komunikator merek untuk menentukan metode yang paling tepat dan efektif dalam mengembangkan program komunikasi persuasif. Pada proses ini penerapan CES (Costemer Experience Strategy) merupakan salah satu contohnya.
3. Menggunakan satu atau segala cara untuk melakukan kontak
Menggunakan seluruh bentuk komunikasi dan seluruh kontak yang menghubungkan merek atau perusahaan dengan pelanggan. Kontak yang terjalin tidak terbatas pada kasus media atau periklanan semata-mata.
Contoh penggunaan kontak adalah clubing dibawah satu merek tertentu misalnya Simpati Zone milik telkomsel, Anlene aktif berkampaye tentang osteoporosis melalui seminar-seminar, PT sidomuncul selalu melaksanakan event mudik bareng bersama para pengecer dan pedagang Jamu se Jabotabek,
4. Berusaha menciptakan sinergi
Semua elemen komunikasi (iklan, tempat pembelian, promosi, penjualan, event, dll) harus berbicara dalam satu suara untuk menghasilkan citra merekyang kuat dan utuh. Serta mampu membuat konsumen melakukan aksi.
Proses penciptaan sinergi tidak hanya melibatkan bagian pemasaran dan humas, tetapi menyangkut keseluruh level perusahaan. Hal yang dapat dilihat dari proses pembangunan citra di Trans TV, dimana dirut Trans TV selalu menyempatkan menelepon setiap pemasang iklan dan pihak sponsorship, atau para endorser program. Hal yang juga dilakukanoleh Dubes AS saat peluncuran Oli Top 1 Zenzation untuk memperkuat image oli tersebut, sebagai oli sinetetis buatan Amerika..
5. Menjalin hubungan
Hubungan yang selalu terjalin antara merek dengan pelanggannya.
Contoh tindakan ini adalah pembukaan callcenter pada beberapa produk atau layanan jasa, penciptaan kartu-kartu diskon bagi pelanggan pada beberapa Hipermaket seperti Alfa, Hipermart ataupun Carefour,
Hal-hal yang menyebabkan lahirnya IMC
1. Upaya mengurangi ketergantunga pada iklan
Biaya iklan yang meningkat tidak sebanding dengan peningkatan penjualan.
2. Meningkatknya kepercayaan pada metode komunikasi Highlytargeted
Bentuk komunikasi yang langsung kepada pelangan, sesuatu yang secara teknik tidak dapat dicapai oleh iklan.
3. Tingkat permintaan yang lebih tinggi pada supplier komunikasi pemasaran
Perusahaan pengiklan tidak lagi sebagai biro penyedia iklan semata, tetapi turut menangani data nasabah atau penciptaan event-evet di luar kegiatan iklan.
4. Berbagai upaya untuk mengukur pengembalian modal dalam komunikasi
Terdapat desakan untuk mengukur setiap belanja iklan mampu menghasilkan pengembalian sesuai dengan investasi yag telah dilakukan.
IMC merupakan proses pengembangan dan implementasi berbagi bentuk program komunikasi persuasif kepada pelangan dan calon pelangan secara berkelanjutan. Tujuan IMC mempengaruhi dan memberikan efek langsung kepada perilaku kyalayak sasaran yang dimiliki.
Ciri-ciri IMC
1. Mempengaruhi perilaku
Mempengaruhi perilaku dan tidak sekadar menumbuhkan kesadaran merek.
Membuat orang lain untuk bertindak.
Contoh tindakan yang mempengaruhi perlakukan terdapat pada produk Pepsoden yang mengajarkan orang untuk menaroh pasta gigi sepanjang bulu sikat, Iklan lefebouy yang mengajarkan cuci tangan dengan sabun, serta Rinso yang berupaya mengubah persepsi masyarakat terhadap kotoran pada pakaian.
2. Berawal dari pelanggan atau calon pelanggan
Prosesnya diawali dari pelangan atau calon pelanggan kemudian berbalik kepada komunikator merek untuk menentukan metode yang paling tepat dan efektif dalam mengembangkan program komunikasi persuasif. Pada proses ini penerapan CES (Costemer Experience Strategy) merupakan salah satu contohnya.
3. Menggunakan satu atau segala cara untuk melakukan kontak
Menggunakan seluruh bentuk komunikasi dan seluruh kontak yang menghubungkan merek atau perusahaan dengan pelanggan. Kontak yang terjalin tidak terbatas pada kasus media atau periklanan semata-mata.
Contoh penggunaan kontak adalah clubing dibawah satu merek tertentu misalnya Simpati Zone milik telkomsel, Anlene aktif berkampaye tentang osteoporosis melalui seminar-seminar, PT sidomuncul selalu melaksanakan event mudik bareng bersama para pengecer dan pedagang Jamu se Jabotabek,
4. Berusaha menciptakan sinergi
Semua elemen komunikasi (iklan, tempat pembelian, promosi, penjualan, event, dll) harus berbicara dalam satu suara untuk menghasilkan citra merekyang kuat dan utuh. Serta mampu membuat konsumen melakukan aksi.
Proses penciptaan sinergi tidak hanya melibatkan bagian pemasaran dan humas, tetapi menyangkut keseluruh level perusahaan. Hal yang dapat dilihat dari proses pembangunan citra di Trans TV, dimana dirut Trans TV selalu menyempatkan menelepon setiap pemasang iklan dan pihak sponsorship, atau para endorser program. Hal yang juga dilakukanoleh Dubes AS saat peluncuran Oli Top 1 Zenzation untuk memperkuat image oli tersebut, sebagai oli sinetetis buatan Amerika..
5. Menjalin hubungan
Hubungan yang selalu terjalin antara merek dengan pelanggannya.
Contoh tindakan ini adalah pembukaan callcenter pada beberapa produk atau layanan jasa, penciptaan kartu-kartu diskon bagi pelanggan pada beberapa Hipermaket seperti Alfa, Hipermart ataupun Carefour,
Hal-hal yang menyebabkan lahirnya IMC
1. Upaya mengurangi ketergantunga pada iklan
Biaya iklan yang meningkat tidak sebanding dengan peningkatan penjualan.
2. Meningkatknya kepercayaan pada metode komunikasi Highlytargeted
Bentuk komunikasi yang langsung kepada pelangan, sesuatu yang secara teknik tidak dapat dicapai oleh iklan.
3. Tingkat permintaan yang lebih tinggi pada supplier komunikasi pemasaran
Perusahaan pengiklan tidak lagi sebagai biro penyedia iklan semata, tetapi turut menangani data nasabah atau penciptaan event-evet di luar kegiatan iklan.
4. Berbagai upaya untuk mengukur pengembalian modal dalam komunikasi
Terdapat desakan untuk mengukur setiap belanja iklan mampu menghasilkan pengembalian sesuai dengan investasi yag telah dilakukan.
BUKAN PUISI
Ceritakan padaku sekali
lagi
Ceritakan padaku sekali lagi
Tentang si kancil dan si buruk rupa
Tentang cinderela dan putri salju
Ke mana…
Buku kumal yang pernah aku akrabi
Tempat selalu aku temukan pelangi
Ceritakan ibu
tentang kurcaci
Tentang istana dari roti…
Tempat aku dulu selalu merangkai mimpi
Maafkan aku ibu
Cinderala kecilmu tidak pernah menemukan pangerannya
Tidak ada sepatu kaca
Tidak ada baju berenda
Dimana pengeran itu
Dimana keajaiban itu ibu
Katakan padaku ibu
Kemana aku cari tangan tempat bergayut….
Ketika lilin ini meredup
Maafkan aku
Cinderala kecilmu tidak pernah menjadi dewasa
Cubit aku, mama
Panggil aku, mama
Seperti waktu aku menjauh dari pangkuanmu
Cubit aku dengan senyummu
Agar mimpi ini mampu kuakhiri
Maafkan aku, mama
Senyum itu telah menyesakkanku
Membawaku ke surga miliknya
Jemput aku, mama
Surga itu terlalu jauh untuk kuraih
Tidak ada bidadari itu
Tidak ada rumah indah diatas sana
Bantu aku, mama
Mencari rumah kita
Mencari surga kita
Mama,
Aku rindu cubitanmu